Rabu, 15 Juni 2011

Embun Berwajah Gelisah


dari bibir jendela yang separuh menganga
aku melihat titik-titik air terpelanting ke sana ke mari
suara rindu melengking dan menyayat gendang telinga
mereka seakan sedang mengawali hari
untuk memupus kesunyian yang bertindihan

namun embun di luar benar-benar mengiris hati
aku sendiri merasakan perih ini semakin bertambah
nurani terguncang dengan isak yang mati-matian kutahan
jiwa keharuan kian meruncing menyesakkan
perasaan ini, seperti tersayat tajam pisau belati

aku sangat merindukan seseorang
mungkin sebanding dengan rinduku pada hujan saat kanak-kanak
aku merindukannya dengan kepasrahan segenap
dengan ketelanjangan yang tak dibuat-buat

aku masih merindukannya hingga detik ini
bahkan saat embun bernyanyi menyuarakan kegelisahan
aku berharap titik-titik air itu mereda
saat sinar mentari menelusup bibir jendela
lantas perlahan-lahan sirna

karena aku ingat kejadian beberapa hari lalu
saat keresahan embun lenyap ditelan indahnya kerinduan
dan saat itu sinar mentari sedang hangat-hangatnya

15 Juni 2011

10 comments:

Anonim mengatakan...

wahh.. suke puisi ini. banyak perkataan yang hiperbola. hehe. :P.

cikgu mengatakan...

wat sendiri?tahniah...

Unknown mengatakan...

Of course...

mohamad syaiful rizan hamdan mengatakan...

cantek pic

Veronica Fukuda mengatakan...

very nice blog!!!Congratulations!!!
hugs
veronicafukuda.blogspot.com

Unknown mengatakan...

tengkyu sister,
i'll visit ur blog back...

tyteukie mengatakan...

:) nice my bro..

siapa yang abg rindu ni? :)

Unknown mengatakan...

hehehe..
abang rindukan seseorang..

Anonim mengatakan...

siapa yang dirindui...

Unknown mengatakan...

ia yang akan selalu ada dalam hatiku...

Posting Komentar

 
 
Copyright © 2012 Cha'unk El Fakir
On Google+, Facebook and Twitter